Ketika
anak-anak sekolah hobi tawuran hingga baku bunuh; di saat anak-anak remaja
kecanduan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba); manakala kasus
perkosaan biasa menimpa remaja wanita bahkan anak-anak dibawah umur, orang lalu
bertanya salah siapa?
Jika
orang mencari kesalahan tuduhan pertama tentu mengarah pada pendidikan sekolah.
Tapi pihak sekolah pasti akan mengkritik pendidikan orang tua. Orang tua pun
merasa tidak berdaya melawan pengaruh kehidupan masyarakat yang rusak. Seperti
sebuah lingkaran, orang tidak segera menemukan sebab awalnya.
Kini
solusi yang ditawarkan adalah pendidikan karakter (character
education) yang dibebankan ke pundak sekolah. Di Amerika
pendidikan ini sebenarnya bukan hal baru. Sebelum terjadi hura hara kekerasan
di sekolah-sekolah Amerika, Horce Mann, tokoh pendidikan Amerika, sudah
mendukung dan mengarahkan adanya program pendidikan karakter di sekolah. Tapi
ia bersama tokoh pendidikan abad 20 ragu pendidikan karakter ini akan mengarah
pendidikan moral. Sebab moral biasanya dikaitkan dengan keluarga dan gereja.
Meski
dikhawatirkan menjadi pendidikan moral atau agama, tapi pada tahun 1980 dan
1990an pendidikan karakter di Amerika memperoleh perhatian kembali. Menurut Vessels, G. G
ini untuk pencegahan dekadensi moral .Tapi menurut Beach, W dan Lickona T ini
bukan hanya mencegah tapi sudah harus memperbaiki moral yang sudah merosot.
Tapi
karena inisiatif solusi ini tidak datang dari pendidik, penekanannya hanya pada
perilaku standar dan kebiasaan yang positif. Perhatian kembali ini didukung
oleh para politisi dan pemimpin Negara. Clinton, misalnya mengadakan lima konferensi
tentang pendidikan karakter. Dilanjutkan oleh George W Bush yang menjadikan
pendidikan karakter sebagai fokus utama dalam agenda reformasi pendidikan.
Kekhawatiran
Horace Mann
terbukti. Pendidikan karakter dianggap sama dengan pendidikan moral atau
sekurangnya mirip. Maka para penganut Protestan di Amerika segera mencium bau
pendidikan moral dalam pendidikan karakter ini. Mereka pun protes. Ini mereka
anggap sebagai penjelmaan dari program pendidikan agama dan nilai yang dianggap
telah gagal di masa lalu.
Untuk
itu arti pendidikan moral mulai dikaburkan dari nilai-nilai agama dan diartikan
sebagai upaya sadar untuk membantu orang lain mencari pengetahuan, skill,
tingkah laku, dan nilai untuk kepentingan pribadi dan social.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar